BISMILLAH-Allah SWT berkehendak
untuk menciptakan Nabi Adam. Allah SWT berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. " (QS. al-Baqarah: 30)
Terdapat perbedaan
pendapat berkenaan dengan makna khilafah (perihal menjadi khalifah) Nabi Adam.
Ada yang mengatakan, bahwa ia sebagai khalifah dari kelompok manusia yang
pertama-tama datang ke bumi di mana kelompok ini membuat kerusakan dan
menumpahkan darah di dalamnya. Ada yang mengatakan, bahwa ia adalah
khalifatullah, dengan pengertian bahwa ia sebagai khalifah (utusan Allah) dalam
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan hukum-hukum-Nya, karena ia adalah utusan
Allah yang pertama. Demikianlah yang kami yakini.
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي
جَاعِلٌ فِي اْلأَرْضِ خَلِيفَةً
قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي
أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'
Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau ?' Tuhan
berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'"(QS. al-Baqarah: 30)
Berkenaan dengan ayat
tersebut, para mufasir memberikan komentar yang beragam. Dalam tafsir al-Manar
disebutkan: "Sesungguhnya ayat-ayat ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat
yang tidak dapat ditafsirkan zahirnya. Sebab, dilihat dari ketentuan dialog
(at-Takhathub) ia mengandung konsultasi dari Allah SWT. Tentu yang demikian itu
mustahil bagi-Nya. Di samping itu, ia juga mengandung pemberitahuan dari-Nya
kepada para malaikat yang kemudian diikuti dengan penentangan dan perdebatan dari
mereka. Hal seperti ini tidak layak bagi Allah SWT dan bagi para malaikat-Nya.
Saya lebih setuju untuk mengalihkan makna cerita tersebut pada sesuatu yang
lain.""Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati.'" (QS. Fushshilat: 11)
Apakah seseorang membayangkan bahwa Allah SWT berbicara dengan langit dan bumi, dan bumi dan langit pun menjawabnya sehingga terjadi dialog ini di antara mereka? Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan langit dan bumi sehingga keduanya taat. Allah SWT menggambarkan apa yang terjadi dengan gaya dialogis hanya untuk meneguhkan dalam pikiran dan menegaskan maknanya serta penjelasannya. Penggunaan gaya dramatis dalam kisah Nabi Adam mengisyaratkan makna yang dalam.
Setelah beberapa saat
para malaikat akan memahami bahwa Nabi Adam adalah ciptaan baru, di mana dia
berbeda dengan mereka yang hanya bertasbih dan menyucikan Allah, dan dia pun
berbeda dengan hewan-hewan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya yang
hanya menumpahkan darah dan membuat kerusakkan. Sesungguhnya Nabi Adam akan
menjadi ciptaan baru dan keberadaannya disertai dengan hikmah yang tinggi yang
tidak ada seorang pun mengetahuinya kecuali Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan Aku tidak
menciptkan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku." (QS.
adz-Dzariyat: 56)
Selanjutnya, Nabi Adam membuka kedua matanya dan ia melihat para malaikat semuanya bersujud kepadanya, kecuali satu makhluk yang berdiri di sana. Nabi Adam tidak tahu siapakah makhluk yang tidak mau bersujud itu. Ia tidak mengenal namanya. Iblis berdiri bersama para malaikat tetapi ia bukan berasal dari golongan mereka. Iblis berasal dari kelompok jin. Allah SWT menceritakan kisah penolakan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam pada beberapa surah. Allah SWT berfirman:
Nabi Adam mengikuti peristiwa yang terjadi di depannya. Ia merasakan suasana cinta, rasa takut, dan kebingungan. Nabi Adam sangat cinta kepada Allah SWT yang telah menciptakannya dan memuliakannya dengan memerintahkan para malaikat-Nya untuk sujud kepadanya. Adam juga merasa takut saat melihat Allah SWT marah terhadap iblis dan mengusirnya dari pintu rahmat-Nya. Ia merasakan kebingungan ketika melihat makhluk ini yang membencinya, padahal ia belum mengenalnya. Makhluk itu membayangkan bahwa ia lebih baik dari Nabi Adam, padahal tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu dari mereka lebih baik dibandingkan dengan yang lain.
Kemudian alangkah anehnya alasan iblis. Ia membayangkan bahwa api lebih baik dari tanah. Dari mana ia mendapatkan ilmu ini? Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah SWT karena Dialah yang menciptakan api dan tanah dan mengetahui mana di antara keduanya yang paling utama.
Dari dialog tersebut,
Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah makhluk yang memakai atribut keburukan
dan sifat yang tercela. Ia meminta kepada Allah SWT agar mengekalkannya sampai
hari kebangkitan. Iblis tidak ingin mati. Namun Allah SWT mengetahui bahwa ia
akan tetap hidup sampai hari yang ditentukan. Ia akan hidup sampai menjemput
ajalnya dan kemudian mati. Nabi Adam mengetahui bahwa Allah SWT telah melaknat
iblis dan telah mengusirnya dari rahmat-Nya. Akhirnya, Nabi Adam mengetahui musuh
abadinya. Nabi Adam bingung dengan kenekatan musuhnya dan kasih sayang Allah
SWT.
Barangkali ada
seseorang yang bertanya kepada saya: "Mengapa Anda tidak meyakini terjadi
dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya dan Anda cenderung menakwilkan
ayat-ayat tersebut, sedangkan Anda menerima adanya dialog antara Allah dan
iblis." Saya jawab: "Sesungguhnya akal menunjukkan kita kepada
kesimpulan tersebut. Terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya
adalah hal yang mustahil karena para malaikat suci dari kesalahan dan dosa dan
keinginan-keinginan manusiawi yang selalu mencari ilmu. Sesuai dengan karakter
penciptaan mereka, mereka adalah pasukan yang setia dan mulia. Adapun iblis ia
terikat dan tunduk terhadap ketentuan agama, dan karakternya sebagai jin
mendekati karakter jenis ciptaan Nabi Adam. Dengan kata lain, bahwa jin dapat
beriman dan dapat juga menjadi kafir. Sesungguhnya kecenderungan agama mereka
dapat saja tidak berfungsi ketika mereka tertipu oleh kesombongan yang palsu
sehingga mereka mempunyai gambaran yang salah. Maka dari sisi inilah terjadi
dialog. Dialog di sini berarti kebebasan. Tabiat manusia dan jin cenderung
untuk menggunakan kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat
menggunakan kebebasan. Nabi Adam menyaksikan secara langsung—setelah
penciptaannya— kadar kebebasan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang
terkena tanggung jawab. Terjadinya pelajaran ini di depan Nabi Adam mengandung
maksud yang dalam.Allah SWT tidak pernah mencabut kebebasan yang diberikan-Nya kepada iblis. Namun pada akhirnya, iblis tetap sebagai hamba yang kafir. Iblis benar-benar menolak untuk sujud kepada Nabi Adam. Allah SWT mengetahui bahwa ia akan menolak untuk sujud kepada Nabi Adam dan akan menentang-Nya. Bisa saja Allah SWT menghancurkannya atau mengubahnya menjadi tanah namun Allah memberikan kebebasan kepada makhluk-makhluk-Nya yang dibebani tanggung jawab. Dia memberikan kepada mereka kebebasan mutlak sehingga mereka bisa saja menolak perintah-Nya. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa keingkaran orang-orang kafir dan orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya tidak berarti mengurangi kebesaran kerajaan-Nya dan sebaliknya, keimanan orang-orang mukmin dan kepatuhan orang-orang yang taat tidak berarti menambah kebesaran kekuasaan-Nya. Semua itu kembali kepada mereka.
Adam menyadari bahwa kebebasan di alam wujud adalah merupakan karunia yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya. Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas penggunaan kebebasan itu. Setelah mempelajari pelajaran kebebasan, Nabi Adam mempelajari pelajaran kedua dari Allah SWT, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah simbol kejahatan di alam wujud. Sebagaimana ia mengetahui bahwa para malaikat adalah simbol kebaikan, sementara ia belum mengenal dirinya saat itu. Kemudian Allah SWT memberitahukan kepadanya tentang hakikatnya, hikrnah penciptaannya, dan rahasia penghormatannya. Allah SWT berfirman:
"Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat itu lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.' Mereka menjawab:
'Maha Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
nama-nama benda ini.' Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama
benda-benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang
kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?'"(QS. al-Baqarah: 31-33)
Allah SWT ingin
berkata kepada para malaikat, bahwa Dia mengetahui keheranan yang mereka
tunjukkan, ketika Dia memberitahu mereka tentang penciptaan Nabi Adam
sebagaimana Dia mengetahui kebingungan yang mereka sembunyikan dan sebagaimana
juga Dia mengetahui kemaksiatan dan pengingkaran yang disembunyikan oleh iblis.
Para malaikat
menyadari bahwa Nabi Adam adalah makhluk yang mengetahui sesuatu yang tidak
mereka ketahui. Ini adalah hal yang sangat mulia. Dan para malaikat mengetahui,
mengapa Allah memerintahkan mereka untuk bersujud kepadanya sebagaimana mereka
memahami rahasia penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi, di mana ia akan
menguasainya dan memimpin di dalamnya dengan ilmu dan pengetahuan. Yaitu,
pengetahuan terhadap Sang Pencipta yang kemudian dinamakan dengan Islam atau
iman. Para malaikat pun mengetahui sebab-sebab kemakmuran bumi dan
pengubahannya dan penguasaanya, serta semua hal yang berkenaan dengan ilmu-ilmu
mated di muka bumi.
Adalah hal yang
maklum bahwa kesempurnaan manusia tidak akan terwujud kecuali dengan pencapaian
ilmu yang dengannya manusia dapat mengenal Sang Pencipta, dan ilmu-ilmu yang
berkenaan dengan alam. Jika manusia berhasil di satu sisi, namun gagal di sisi
yang lain maka ia laksana burung yang terbang dengan sayap satu di mana setiap
kali ia terbang sayap yang lain mencegahnya.
Nabi Adam mengetahui
semua nama-nama dan terkadang ia berbicara bersama para malaikat, namun para
malaikat disibukkan dengan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Adam
merasa kesepian. Kemudian Adam tidur dan tatkala ia bangun ia mendapati seorang
perempuan yang memiliki mata yang indah, dan tampak penuh dengan kasih sayang.
Kemudian terjadilah dialog di antara mereka:
Adam berkata:
"Mengapa kamu berada di sini sebelum saya tidur." Perempuan itu
menjawab: "Ya." Adam berkata: "Kalau begitu, kamu datang di
tengah-tengah tidurku?"
Nabi Adam adalah
makhluk yang suka kepada pengetahuan. Ia membagi pengetahuannya kepada Hawa, di
mana ia menceritakan apa yang diketahuinya kepada pasangannya itu, sehingga
Hawa mencintainya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami
berfirman: 'Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang lalim.'" (QS. al-Baqarah: 35)
Kita tidak mengetahui
tempat surga ini. Al-Qur'an tidak membicarakan tempatnya, dan para mufasir
berbeda pendapat tentang hal itu. Sebagian mereka berkata: "Itu adalah
surga yang bakal dihuni oleh manusia (jannah al-Ma'wa) dan tempatnya di
langit." Namun sebagian lagi menolak pendapat tersebut. Sebab jika ia
adalah jannah al-Ma'wa maka iblis tidak dapat memasukinya dan tidak akan
terjadi kemaksiatan di dalamnya. Sebagian lagi mengatakan: "Ia adalah
surga yang lain, yang Allah ciptakan untuk Nabi Adam dan Hawa." Bahkan ada
juga yang berpendapat bahwa ia adalah surga (taman) dari taman-taman bumi yang
terletak di tempat yang tinggi. Dan sekelompok mufasir yang lain menganjurkan
agar kita menerima ayat tersebut apa adanya dan menghentikan usaha untuk
mencari hakikatnya. Kami sendiri sependapat dengan hal ini. Sesungguhnya
pelajaran yang dapat kita ambil berkenaan dengan penentuan tempatnya tidak
sedikit pun menyamai pelajaran yang dapat kita ambil dari apa yang terjadi di
dalamnya.
Nabi Adam dam Hawa
memasuki surga dan di sana mereka berdua merasakan kenikmatan manusiawi
semuanya. Di sana mereka juga mengalami pengalaman-pengalaman yang berharga.
Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di surga dipenuhi dengan kebebasan yang tak
terbatas.
Dan Nabi Adam
mengetahui makna kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada di surga
bersama Hawa. Ia tidak lagi mengalami kesepian. Ia banyak menjalin komunikasi
dengan Hawa. Mereka menikmati nyanyian makhluk, tasbih sungai-sungai, dan musik
alam sebelum ia mengenal bahwa alam akan disertai dengan penderitaan dan
kesedihan. Allah SWT telah mengizinkan bagi mereka untuk mendekati segala
sesuatu dan menikmati segala sesuatu selain satu pohon, yang barangkali ia
adalah pohon penderitaan atau pohon pengetahuan. Allah SWT berkata kepada
mereka sebelum memasuki surga:
"Dan janganlah
kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang
lalim.'" (QS. al-Baqarah: 35)
Nabi Adam dan Hawa
mengerti bahwa mereka dilarang untuk memakan sesuatu dari pohon ini, namun Nabi
Adam adalah manusia biasa, dan sebagai manusia ia lupa dan hatinya
berbolak-balik serta tekadnya melemah. Maka iblis memanfaatkan kemanusiaan Nabi
Adam dan mengumpulkan segala kedengkiannya yang disembunyikan dalam dadanya.
Iblis terus berusaha membangkitkan waswas dalam diri Nabi Adam. Apakah aku akan
menunjukkan kepadamu pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak akan sirna? Nabi
Adam bertanya-tanya dalam dirinya. Apa yang akan terjadi seandainya ia memakan
buah tersebut, barangkali itu benar-benar pohon keabadian. Nabi Adam memang
memimpikan untuk kekal dalam kenikmatan dan kebebasan yang dirasakannya dalam
surga.
Berlalulah waktu di
mana Nabi Adam dan Hawa sibuk memikirkan pohon itu. Kemudian pada suatu hari
mereka menetapkan untuk memakan pohon itu. Mereka lupa bahwa Alllah SWT telah
mengingatkan mereka agar tidak mendekatinya. Mereka lupa bahwa iblis adalah
musuh mereka sejak dahulu. Nabi Adam mengulurkan tangannya ke pohon itu dan
memetik salah satu buahnya dan kemudian memberikannya kepada Hawa. Akhirnya
mereka berdua memakan buah terlarang itu.
Allah SWT berfirman:
"Dan durhakalah
Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)
Tidak benar apa yang
disebutkan oleh kitab-kitab kaum Yahudi bahwa Hawa menggoda Nabi Adam yang
karenanya ia bertanggung jawab terhadap pemakanan buah itu. Nas Al-Qur'an tidak
menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggung jawab
atas apa yang terjadi. Demikianlah setan disalahkan dan Nabi Adam juga
disalahkan karena kesombongan. Salah seorang dari mereka menghina manusia, dan
yang lain ingin menjadi tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.
Belum selesai Nabi
Adam memakan buah tersebut sehingga ia merasakan penderitaan, kesedihan, dan
rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitamya dan berhentilah musik indah yang
memancar dari dalam dirinya. Ia mengetahui bahwa ia tak berbusana, demikian
juga istrinya. Akhirnya, ia mengetahui bahwa ia seorang lelaki dan bahwa
istrinya seorang wanita. Ia dan istrinya mulai memetik daun-daun pohon untuk
menutup tubuh mereka yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah
agar mereka turun dari surga.Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi. Mereka keluar dari surga. Nabi Adam dalam keadaan sedih sementara Hawa tidak henti-hentinya menangis. Karena ketulusan taubat mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahwa bumi adalah tempat mereka yang asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT berfirman:
"Di bumi itu
kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan
dibangkitkan. " (QS. al-A'raf: 25)
Kemudian Allah SWT
menceritakan kisah tentang pelajaran ketiga yang diperoleh Nabi Adam selama
keberadaannya di surga dan setelah keluarnya ia darinya dan turunnya ia ke
bumi.Sebagian orang menganggap bahwa Nabi Adam keluar dari surga karena kesalahannya dan kemaksiatannya. Ini adalah anggapan yang tidak benar karena Allah SWT berkehendak menciptakan Nabi Adam di mana Dia berkata kepada malaikat: "Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Dan Dia tidak mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya aku akan menjadikan khalifah di surga."
Tidaklah turunnya
Nabi Adam ke bumi sebagai penurunan penghinaan tetapi ia merupakan penurunan
kemuliaan sebagaimana dikatakan oleh kaum sufi. Allah SWT mengetahui bahwa Nabi
Adam dan Hawa akan memakan buah itu, dan selanjutnya mereka akan turun ke bumi.
Allah SWT juga mengetahui bahwa setan akan merampas kebebasan mereka.
Pengalaman merupakan dasar penting dari proses menjadi khalifah di muka bumi
agar Nabi Adam dan Hawa mengetahui—begitu juga keturunan mereka— bahwa setan
telah mengusir kedua orang tua mereka dari surga, dan bahwa jalan menuju surga
dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT dan permusuhan pada setan.
Apakah dikatakan
kepada kita bahwa manusia adalah makhluk yang terpaksa, dan bahwa Nabi Adam
terpaksa atau dipaksa untuk berbuat kesalahan sehingga ia keluar dari surga dan
kemudian turun ke bumi? Sebenarnya anggapan ini tidak kalah bodohnya dari
anggapan pertama. Sebab, Nabi Adam merasakan kebebasan sepenuhnya, yang
karenanya ia mengemban tanggung jawab dari perbuatannya. Ia durhaka dan memakan
buah tersebut sehingga Allah SWT mengeluarkannya dari surga. Maksiat yang
dilakukannya tidak berlawanan dengan kebebasannya, bahkan keberadaannya yang
asli bersandar kepada kebebasannya. Alhasil, Allah SWT mengetahui apa yang
bakal terjadi. Dia mengetahui sesuatu sebelum terjadinya sesuatu itu.
Pengetahuan-Nya itu berarti cahaya yang menyingkap, bukan kekuatan yang
memaksa. Dengan kata lain, Allah SWT mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi
Dia tidak mencegahnya atau mendorongnya agar terjadi. Allah SWT memberikan
kebebasan kepada hamba-hamba-Nya dan semua makhluk-Nya. Yang demikian itu berkenaan
dengan hikmah-Nya yang tinggi dalam memakmurkan bumi dan mengangkat khalifah di
dalamnya.
Nabi Adam memahami
pelajaran ketiga. Ia memahami bahwa iblis adalah musuhnya. Secara pasti ia
mengerti bahwa iblis adalah penyebab ia kehilangan nikmat dan penyebab
kehancurannya. Ia mengerti bahwa Allah SWT akan menyiksa seseorang jika ia
berbuat maksiat, dan bahwa jalan menuju ke surga dapat dilewati dengan ketaatan
kepada Allah SWT. Ia memahami bahwa Allah SWT menerima taubat, memaafkan,
menyayangi, dan memilih. Allah SWT mengajari mereka agar beristigfar dan
mengucapkan:
"Ya Tuhan kami,
kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami
dan memberi rahmat kepada kami, niscayalah pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi." (QS. al-A'raf: 23)
"Allah SWT menerima
taubatnya dan memaafkannya serta mengirimnya ke bumi. Nabi Adam adalah Rasul
pertama bagi manusia. Mulailah kehidupan Nabi Adam di bumi. Ia keluar dari
surga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian ia menganjurkan hal tersebut (hijrah)
kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya dari kalangan nabi. Sehingga setiap nabi
memulai dakwahnya dan menyuruh kaumnya dengan cara keluar dari negerinya atau
berhijrah. Di sana Nabi Adam keluar dari surga sebelum kenabiannya, sedangkan
di sini (di bumi) para nabi biasanya keluar (hijrah) setelah pengangkatan
kenabian mereka.
"Nabi Adam mengetahui bahwa ia meninggalkan kedamaian ketika keluar dari surga. Di bumi ia harus menghadapi penderitaan dan pergulatan, di mana ia harus menanggung kesulitan agar dapat makan, dan ia harus melindungi dirinya dengan pakaian dan senjata, serta melindungi istrinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di bumi. Sebelum semua itu dan sesudahnya, ia harus meneruskan pertempurannya dengan pangkal kejahatan yang menyebabkannya keluar dari surga, yaitu setan. Di bumi, setan membuat waswas kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka Jahim. Pertempuran antara pasukan kebaikan dan pasukan kejahatan di bumi tidak akan pernah berhenti. Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk Allah SWT, ia tidak akan merasakan ketakutan dan kesedihan, dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah SWT dan mengikuti makhluk api, iblis, maka ia akan bersamanya di neraka.
Nabi Adam mengerti
semua ini. Ia menyadari bahwa penderitaan akan menyertai kehidupannya di atas
bumi. Satu-satunya yang dapat meringankan kesedihannya adalah, bahwa ia menjadi
penguasa di bumi, yang karenanya ia harus menundukkannya, memakmurkannya, dan
membangunnya serta melahirkan keturunan yang baik di dalamnya, sehingga mereka
dapat mengubah kehidupan dan membuatnya lebih baik. Hawa melahirkan dalam satu
perut seorang lelaki dan seorang perempuan, dan pada perut berikutnya seorang
lelaki dan seorang perempuan, maka dihalalkan perkawinan antara anak lelaki
dari perut pertama dengan anak perempuan dari perut kedua. Akhirnya, anak-anak
Nabi Adam menjadi besar dan menikah serta memenuhi bumi dengan keturunannya."Nabi Adam mengetahui bahwa ia meninggalkan kedamaian ketika keluar dari surga. Di bumi ia harus menghadapi penderitaan dan pergulatan, di mana ia harus menanggung kesulitan agar dapat makan, dan ia harus melindungi dirinya dengan pakaian dan senjata, serta melindungi istrinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di bumi. Sebelum semua itu dan sesudahnya, ia harus meneruskan pertempurannya dengan pangkal kejahatan yang menyebabkannya keluar dari surga, yaitu setan. Di bumi, setan membuat waswas kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka Jahim. Pertempuran antara pasukan kebaikan dan pasukan kejahatan di bumi tidak akan pernah berhenti. Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk Allah SWT, ia tidak akan merasakan ketakutan dan kesedihan, dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah SWT dan mengikuti makhluk api, iblis, maka ia akan bersamanya di neraka.
Nabi Adam mengajak
mereka untuk menyembah Allah SWT. Nabi Adam menyaksikan kecenderungan pertama
dari anaknya terhadap pangkal kejahatan, yaitu iblis sehingga terjadilah
kejahatan pembunuhan yang pertama kali di muka bumi. Salah seorang anak Nabi
Adam membunuh saudara kandungnya sendiri. Anak yang jahat itu membunuh
saudaranya yang baik. Allah berfirman:
"Ceritakanlah
kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterimalah dari salah seorang
dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (QS.
al-Maidah: 27)
Dikatakan bahwa
pembunuh ingin merebut istri saudara kandungannya untuk dirinya sendiri. Nabi
Adam memerintahkan mereka berdua untuk menghadirkan kurban lalu setiap dari
mereka menghadirkan kurban yang dimaksud. Allah SWT menerima kurban dari salah
satu dari mereka dan menolak kurban yang lain:
"Ia (Qabil)
berkata: 'Aku pasti membunuhmu.' Berkata Habil: 'Sesungguhnya Allah hanya
menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu
menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan
menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah,
Tuhan sekalian alam. (QS. al-Maidah: 27-28)
Perhatikanlah
bagaimana Allah SWT menyampaikan kepada kita kalimat-kalimat yang diucapkan
oleh anak Nabi Adam yang terbunuh sebagai syahid, dan ia menyembunyikan
kalimat-kalimat yang diucapkan oleh si pembunuh. Si pembunuh mengangkat
tangannya sambil mengancam, namun calon korban pembunuhan itu berkata dengan
tenang:
Sesungguhnya aku
ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri, maka
kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi
orang-orang yang lalim. " (QS. al-Maidah: 29)
Ia telah membunuh
orang yang paling utama dan paling kuat. Anak Nabi Adam berkurang satu dan
iblis berhasil "mencuri" seorang anak Nabi Adam. Bergetarlah tubuh si
pembunuh dan ia mulai menangis dengan keras, lalu ia menggali kuburan saudara
kandungnya. Ketika mendengar kisah tersebut Nabi Adam berkata:
"Ini adalah
perbuatan setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi
nyata." (QS. al-Qashash: 15)Nabi Adam merasakan kesedihan mendalam atas hilangnya salah satu anaknya. Salah seorang dari mereka mad dan yang lain dikuasai oleh setan. Nabi Adam salat untuk anaknya yang mati, dan kemudian ia kembali menjalani kehidupannya di muka bumi. Beliau adalah manusia yang bekerja dan mengalami penderitaan. Seorang Nabi yang menasihati anak-anaknya dan cucu-cucunya, serta mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Beliau menceritakan kejahatan iblis kepada mereka, dan meminta kepada mereka agar berhati-hati darinya. Beliau menceritakan pengalaman pribadinya bersama iblis kepada mereka, dan menceritakan kehidupannya bersama anaknya yang tega membunuh saudara kandungnya sendiri.
Nabi Adam telah
menjadi dewasa, lalu tahun demi tahun datang silih berganti sehingga
anak-anaknya tersebar di bumi, lalu datanglah waktu malam di atas bumi. Angin
bertiup sangat kencang. Dan bergoncanglah daun-daun pohon tua yang ditanam oleh
Nabi Adam, di mana dahan-dahannya mendekati danau sehingga buahnya menyentuh
air danau. Dan ketika pohon itu menjadi tegak setelah berlalunya angin, air
mulai berjatuhan di antara cabang-cabangnya dan tampak dari jauh bahwa pohon
itu sedang menarik dirinya (memisahkan diri) dari air dan menangis. Pohon itu
sedih dan dahan-dahannya berguncang. Sementara itu, di langit tampak bahwa
bintang-bintang juga berguncang. Cahaya bulan menerobos kamar Nabi Adam
sehingga cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam. Wajah Nabi Adam tampak lebih pucat
dan lebih muram dari wajah bulan.
Bulan mengetahui
bahwa Nabi Adam akan mati.
Kamar yang sederhana,
kamarnya Nabi Adam. Nabi Adam tertidur dengan jenggotnya yang putih dan
wajahnya yang bersinar di atas tempat ddur dari dahan-dahan pohon dan
bunga-bunga. Anak-anaknya semua berdiri di sekelilingnya dan menunggu
wasiatnya. Nabi Adam berbicara dan memahamkan anak-anaknya bahwa hanya ada satu
perahu keselamatan bagi manusia, dan hanya ada satu senjata baginya yang dapat
menenangkannya. Perahu itu adalah petunjuk Allah SWT dan senjata itu adalah
kalimat-kalimat Allah SWT.
Nabi Adam menenangkan
anak-anaknya, bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan manusia sendirian di muka
bumi. Sesungguhnya Dia akan mengutus para nabi untuk membimbing mereka dan
menyelamatkan mereka. Para nabi itu memiliki nama-nama, sifat-sifat, dan
mukjizat-mukjizat yang berbeda-beda. Tetapi mereka dipertemukan dengan satu
hal, yaitu mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.
Demikianlah wasiat Nabi Adam kepada
anak-anaknya. Akhirnya, Nabi Adam menutup kedua matanya, dan para malaikat
memasuki kamarnya dan mengelilinginya.Nabi Adam tersenyum ketika
mendapatkan kata salam yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga surge
"Di rangkum dari berbagai sumber dan media"
"Di rangkum dari berbagai sumber dan media"
No comments:
Post a Comment
Komentar