Bismillah-Saudaraku, sudah menjadi tabiat manusia merasa senang saat mendapat pujian. Bagi sebagian orang yang sudah terampil mengelola hatinya, pujian yang datang adalah lahan ibadah untuk semakin rendah hati dan dekat dengan Alloh, karena baginya setiap pujian itu kembali kepada Alloh Dzat Yang Maha Terpuji.
Namun, bagi sebagian orang yang belum terampil mengelola hatinya, bahkan yang sudah terampil pun masih berpotensi untuk khilaf, pujian bisa sangat membahayakan. Mengapa? Karena b...oleh jadi pujian yang datang malah melenakan dan membuat lupa diri. Apalagi jika pujian itu ternyata tidak sesuai dengan keadaan dirinya yang sesungguhnya. Orang yang sulit matang atau dewasa itu salah satu sebabnya adalah terlena dengan pujian yang padahal tidak sesuai dengan dirinya yang sebenarnya.
Boleh saja orang lain memuji kita, toh kita tidak bisa menahan orang lain agar tidak memuji kita. Namun, yang perlu kita waspadai adalah jikalau kita tertipu dengan pujian. Bagaimana tertipu oleh pujian itu? Yaitu jika orang lain memuji kita dengan sesuatu yang sebenarnya tidak ada pada diri kita, tapi kemudian kita meyakini bahwa pujian itu benar adanya.
Semakin kita seperti itu semakin kita tidak bisa jujur melihat diri sendiri. Merasa diri mulia, terhormat, baik, dan semakin jauh dari proses introspeksi dan perbaikan diri. Jika sudah begini, kita akan semakin dekat dengan kemunafikan, yaitu sibuk membagus-baguskan topeng daripada membaguskan isi. Kita juga akan semakin akrab dengan kesombongan, padahal ini adalah penyakit hati yang sangat berbahaya.
Rosululloh Saw. bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi.” (HR Muslim) Semoga kita termasuk orang yang terus-menerus bermujahadah melatih diri agar semakin terampil mengelola hati kita khususnya ketika mendapat pujian. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.
No comments:
Post a Comment
Komentar