Bismillah-NAMA lengkapnya Muzammil Hasballah (23). Dilahirkan di Sigli, 21 September 1993. Dia bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Drs H Hasballah Usman (alm) dan D...ra Hj Hasnidar Sulaiman.
Lulus dari jurusan arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2015, Muzammil kini sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Dua hari lalu, Serambi menyambangi kediaman orangtua Muzammil di Desa Paya Tijue, Kemukiman Gampong Lhang, Kecamatan Pidie. Di rumahnya yang berkonstruksi rumah Aceh, kini tinggal ibundanya, kakak, dan neneknya. Kedua orang tuanya adalah pendidik.
Ayahnya terakhir kali menjabat Kepala SMA di Pidie. Sedangkan ibundanya guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang kini juga sudah pensiun. Muzammil memiliki dua saudara. Paling tua kakaknya, Anna Sofya yang lahir 17 Oktober 1987 dan kini bekerja. Sedangkan abangnya Muhammad Hanif kini sedang menempuh program master di Cina.
Ibunda Muzammil, Hj Hasnidar, menuturkan, anak bungsunya itu sangat disiplin dengan waktu. “Muzammil sangat pengertian dan disiplin dalam menjaga waktu. Apalagi hari mengajinya,” kata ibundanya.
Di usia 4 tahun Muzammil sudah belajar mengaji. Saat masih Taman Kanak-kanak (TK) dia sudah selesai/tamat membaca iqra. Sehingga saat masuk MIN Tijue, Muzammil sudah mampu membaca Alquran.
Asal mulanya Muzammil menjadi imam di Masjid Salman, Kompleks Institut Teknologi Bandung (ITB). Waktu itu ia masih kuliah semester satu.
Selanjutnya, setelah pertama kali menjadi imam di masjid kampus, ia pun terus dikenal sampai masjid tempat tinggalnya juga membubuhi nama Muzammil sebagai salah satu imam shalat tarawih.
Tidak mengherankan kalau saat Ramadhan Muzammil tidak bisa pulang kampung lebih awal, karena sudah ada jadwal menjadi imam. Kepulangannya untuk mudik ditunda hingga 27 Ramadhan. “Tahun ini juga rencana Muzammil akan pulang pada 27 puasa nanti,” ujar ibundanya.
Apakah ada membuat menu dan persiapan spesial menunggu Muzammil ? “Kami biasa saja. Tidak ada menu spesial sekali. Insya Allah semua makanan dia suka termasuk timphan dan bubur kanji kesukaannya,” tutur sang bunda.
Sejak kecil Muzammil tampil apa adanya. Seperti halnya anak lain di usianya, dia juga senang bermain di sawah. “Mainnya juga di sini ala kita di kampung, mencari capung di sawah. Malah kalau pulang dia sering membawa capung lebih banyak dari teman-temannya,” kata Hasnidar sembari tersenyum.
Hasnidar mengaku menerapkan kedisiplinan sejak dini, untuk semua anak-anaknya. “Kalau ada PR matematika, dia kerjakan dengan ayahnya. Kalau PR lain soal agama dia kerjakan dengan saya karena saya guru di MAN,” kenangnya.
Berkat kedisiplinan dan kerja keras itulah, Muzammil tidak hanya berhasil meraih sarjana arsitektur dari kampus terkemuka di Tanah Air, melainkan juga berhasil memikat banyak pihak untuk mendengarkan suara merdunya dalam melantunkan ayat suci Alquran
Setelah tamat MIN, Muzammil meneruskan pendidikan ke SMP YPPU Sigli dan kemudian masuk SMA 10 Fajar Harapan di Banda Aceh. “Sejak MIN, SMP, dan SMA dia selalu menjadi juara satu dan mendapat juara umum,” kisah ibundanya.
Bahkan pernah suatu hari saat Muzammil masih di MIN, seorang ustaz memberitahukannya bahwa si buah hati sangat pintar mengaji dan suaranya merdu. Sehingga Muzammil kemudian belajar mengaji di Madrasah Ulumul Quran (MUQ) di Tijue.
Siang harinya dia bersekolah di SMP YPPU Sigli, sedangkan malamnya mengaji di MUQ. Begitu terus menerus hingga akhirnya dia tidak pernah lepas dari kegiatan menghafal Alquran.
Prestasi mulanya diraih waktu masih kelas V MIN ikut MTQ yang waktu itu cuma meraih juara harapan. Lalu ia beberapa kali ikut lomba tahfiz tidak diingat lagi. Ada di antaranya juara II tahfiz 10 juz tahun 2008
Simak videonya:
Ayahnya terakhir kali menjabat Kepala SMA di Pidie. Sedangkan ibundanya guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang kini juga sudah pensiun. Muzammil memiliki dua saudara. Paling tua kakaknya, Anna Sofya yang lahir 17 Oktober 1987 dan kini bekerja. Sedangkan abangnya Muhammad Hanif kini sedang menempuh program master di Cina.
Ibunda Muzammil, Hj Hasnidar, menuturkan, anak bungsunya itu sangat disiplin dengan waktu. “Muzammil sangat pengertian dan disiplin dalam menjaga waktu. Apalagi hari mengajinya,” kata ibundanya.
Di usia 4 tahun Muzammil sudah belajar mengaji. Saat masih Taman Kanak-kanak (TK) dia sudah selesai/tamat membaca iqra. Sehingga saat masuk MIN Tijue, Muzammil sudah mampu membaca Alquran.
Asal mulanya Muzammil menjadi imam di Masjid Salman, Kompleks Institut Teknologi Bandung (ITB). Waktu itu ia masih kuliah semester satu.
Selanjutnya, setelah pertama kali menjadi imam di masjid kampus, ia pun terus dikenal sampai masjid tempat tinggalnya juga membubuhi nama Muzammil sebagai salah satu imam shalat tarawih.
Tidak mengherankan kalau saat Ramadhan Muzammil tidak bisa pulang kampung lebih awal, karena sudah ada jadwal menjadi imam. Kepulangannya untuk mudik ditunda hingga 27 Ramadhan. “Tahun ini juga rencana Muzammil akan pulang pada 27 puasa nanti,” ujar ibundanya.
Apakah ada membuat menu dan persiapan spesial menunggu Muzammil ? “Kami biasa saja. Tidak ada menu spesial sekali. Insya Allah semua makanan dia suka termasuk timphan dan bubur kanji kesukaannya,” tutur sang bunda.
Sejak kecil Muzammil tampil apa adanya. Seperti halnya anak lain di usianya, dia juga senang bermain di sawah. “Mainnya juga di sini ala kita di kampung, mencari capung di sawah. Malah kalau pulang dia sering membawa capung lebih banyak dari teman-temannya,” kata Hasnidar sembari tersenyum.
Hasnidar mengaku menerapkan kedisiplinan sejak dini, untuk semua anak-anaknya. “Kalau ada PR matematika, dia kerjakan dengan ayahnya. Kalau PR lain soal agama dia kerjakan dengan saya karena saya guru di MAN,” kenangnya.
Berkat kedisiplinan dan kerja keras itulah, Muzammil tidak hanya berhasil meraih sarjana arsitektur dari kampus terkemuka di Tanah Air, melainkan juga berhasil memikat banyak pihak untuk mendengarkan suara merdunya dalam melantunkan ayat suci Alquran
Setelah tamat MIN, Muzammil meneruskan pendidikan ke SMP YPPU Sigli dan kemudian masuk SMA 10 Fajar Harapan di Banda Aceh. “Sejak MIN, SMP, dan SMA dia selalu menjadi juara satu dan mendapat juara umum,” kisah ibundanya.
Bahkan pernah suatu hari saat Muzammil masih di MIN, seorang ustaz memberitahukannya bahwa si buah hati sangat pintar mengaji dan suaranya merdu. Sehingga Muzammil kemudian belajar mengaji di Madrasah Ulumul Quran (MUQ) di Tijue.
Siang harinya dia bersekolah di SMP YPPU Sigli, sedangkan malamnya mengaji di MUQ. Begitu terus menerus hingga akhirnya dia tidak pernah lepas dari kegiatan menghafal Alquran.
Prestasi mulanya diraih waktu masih kelas V MIN ikut MTQ yang waktu itu cuma meraih juara harapan. Lalu ia beberapa kali ikut lomba tahfiz tidak diingat lagi. Ada di antaranya juara II tahfiz 10 juz tahun 2008
Simak videonya:
No comments:
Post a Comment
Komentar