Friday, August 5, 2016

17 AGUSTUS IBU PRTIWIKU MENANGIS

Bismillah-Apa yang ada di benak anda jika mendengan 17 agustus?tentunya hari kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta.Ironisnya dewasa ini 17 agustus di mata pemuda bukan lagi hal yang istimewa.Kemajuan zaman kah atau lunturnya kepedulian para pemuda pemudi era globalisasi?.

Sebagai pembanding untuk anda yang hidup di era 90-an mungkin kontras terasa.Suasana kemeriahan pada masanya sudah riuh terdengar sebelum bulan agustus datang.Mulai dari gotong royong,berlomba menghias jalan hingga mempersiapkan berbagai macam perlombaan.Kegembiraan mungkin sangat di rasakan pada masanya,hampir tiap malam jalan--jalan ramai dengan hiasan lampu,sorak sorai anak-anak bermain petak umpet,hingga ronda malam yang membat gaduh lingkungan namun terasa lebih aman.Apa yang terjadi dengan bangsaku?entahlah...Mungkin hari kemerdekaan bagi anak cucu kita sekedar menulis status di medsos saja cukup sebagai pengisi kemerdekaan.
Anda masih ingat gotong royong?pada masanya anak SD sangat hafal dengan istilah itu,karena pendidikan yang tertanam dalam kurikulum Pendidikan Moral Pancasila(PMP).Nilai-nilai moral yang di ajarkan tempo dulu mungkin sudak tidak up to date,dan tak sesuai dengan perkembangan zaman sehingga mata pelajaran di hapus.Lihatlah produk-produk ke"up to date"an,anak SD berpacaran di anggap modern,anak SD ciuman bebas di anggap gaul,Anak SD merokok di anggap keren,anak SD di cubit gurunya karena bandel pelanggaran HAM guru masukan ke sell.

Ironinya bangsaku,semboyan "Bhineka tunggal ika" hanya sebatas semboyan.Produk demokrasi yang memaksa para pemimpin memiliki kepentingan masing-masing kelompoknya atas nama rakyat dan kekuasaan.Caci maki di anggap biasa,saling hina makanan sehari hari,berkelahi dalam sidang itu wajar.Krisis teladan melanda bangsa ini,lihatlah para petinggi saling memperbutkan nama besar,hingga sumber daya alam bangsaku hanya di nikmati segelintir orang pribumi dan mayoritas bangsa lain.Perpecahan antar suku,terorisme,isu SARA begitu subur di negeri yang kaya ini.Oh bumi pertiwi,maafkan kami generasi yang tak berdaya tak mampu menghargai para pejuang kami yang dengan jiwa dan raganya berkorban demi kami nikmati udara kemerdekaan..

No comments:

Post a Comment

Komentar